Selasa, 29 Desember 2015

ADA APA DENGAN PERBEDAAN?

Tema: Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentrisme

“Jangan temenan sama dia, dia jelek!”
“Ogah amat pacaran sama dia, miskin”
“Perempuan tuh harusnya main boneka, bukan main futsal!”
Pernahkah kalian mengalami hal seperti di atas? Kalau pernah, bagaimana rasanya? Sakit hati? Kesal? Marah? Atau bahkan biasa saja karena hal tersebut sudah sering kalian alami? Atau…kalian pernah melakukan hal tersebut kepada orang lain? Kalau iya, tolong hentikan, sebab hal tersebut bisa menyakiti hati orang lain. Selain membuat orang sedih, perilaku membeda-bedakan atau diskriminasi juga bisa membuat seseorang menjadi minder dan menggangu mental seseorang. Sebelum membahas lebih lanjut tentang diskriminasi, saya akan memberikan sedikit penjelasan tentang diskriminasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya.
·        Diskriminasi kelamin, yaitu pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan perbedaan jenis kelamin
·        Diskriminasi ras, yaitu anggapan segolongan ras tertentu bahwa rasnya itulah yang paling unggul dibandingkan dengan golongan ras lain, disebut rasisme
·        Diskriminasi rasial, yaitu pembedaan sikap dan perlakuan terhadap kelompok masyarakat tertentu karena perbedaan warna kulit
·        Diskriminasi sosial pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan sosialnya
Pengertian lain, diskriminasi adalah tindakan memperlakukan satu orang atau satu kelompok secara kurang adil atau daripada orang atau kelompok yang lain. Diskriminasi dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Diskriminasi langsung terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama, sedangkan diskriminasi tidak langsung terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan. Diskriminasi dapat dilakukan oleh individu, kelompok, atau kebijakan dan praktik organisasi.

Di Indonesia masih banyak terjadi diskriminasi, baik itu diskriminasi kelamin maupun sosial, salah satu contohnya adalah adik saya, Tari. Tari memiliki kulit yang lebih gelap dibandingkan dengan kedua saudaranya sehingga tetangga dan saya sendiri sering memanggilnya “item”. Awalnya saya pikir hal itu biasa saja karena saya juga cuma bercanda, tetapi ketika saya nanya ke Desta, ternyata dia sempat merasa sedih ketika dipanggil “item” walaupun sekarang sudah biasa saja karena sudah biasa dipanggil seperti itu. Tari adalah seorang anak perempuan, tetapi hobinya adalah bermain sepak bola. Karena hal ini juga Tari merasa terdiskriminasi oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk Tari. Dia tetap saja pada pendiriannya, bermain bola. Alhasil, sekarang dia menjadi kapten futsal di sekolahnya dan menjuarai banyak perlombaan tingkat sekolah atas.
Sekian tulisan saya, semoga kalian bisa mengambil hikmah dari kisah di atas. Terima kasih sudah membacaJ




Sumber:
http://kbbi.web.id/diskriminasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi

Senin, 28 Desember 2015

SUATU HARI DI PELOSOK DESA

Tema: Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan

Halooo the readers apa kabarnya nihh? Baik kah? Saya mau berbagi pengalaman ketika saya berlibur di kampung halaman di Pemalang, Jawa Tengah dan ketika saya dan teman-teman SMA saya melakukan kunjungan ke suatu desa yang terletak di daerah gunung halimun, Jawa Barat. Sebelumnya, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu masyarakat pedesaan dan ciri-cirinya.
Masyarakat memiliki arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas, masyarakat adalah keseluruhan hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa, dan sebagainya. Dalam arti sempit, masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang disebut desa. Masyarakat pedesaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·        Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
·        Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
·        Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
·        Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal  mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya.
Ciri-ciri di atas sangat sesuai dengan apa yang saya alami pada cerita saya berikut ini. Satu setengah tahun yang lalu, saya dan teman-teman SMA saya melakukan kunjungan ke suatu desa di daerah gunung halimun, Jawa Barat. Untuk mencapai desa tersebut, kami harus mengganti kendaraan yang semula bus menjadi truk. Hal itu karena medannya yang ekstrem dan jalannya bebatuan. Setelah sampai, kami menginap di salah satu rumah penduduk. Di sana tidak ada televisi dan penerangannya pun masih kurang, warung juga jauh letaknya. Esok paginya, saya berkeliling bersama teman-teman dan pemandangan yang kami lihat hanya perkebunan teh dan sawah, tidak ada gedung-gedung pencakar langit, akan tetapi, itulah keindahan alam yang sebenarnya. Pemandangan yang jarang terlihat di kota. Lanjut ke cerita berikutnya, di kampung saya juga begitu, jarang terlihat gedung-gedung pencakar langit, yang ada hanya sawah dan sawah. Dahulu, di kampung saya sulit sekali mendapat sinyal, saluran televisi juga cuma sedikit, tetapi sekarang sudah ada kemajuan. Sekarang, jalanan juga sudah diaspal walaupun sebelumnya masih bebatuan. Moda transport di kampung saya juga terbatas, hanya ada sepeda, andong, perahu, dan angkot yang sedikit jumlahnya. Selain itu, sekolahan juga sulit ditemui. Sekolah bagus kebanyakan berada di kota, dan itu jaraknya sangat jauh dari kampung saya. Akan tetapi, entah mengapa saya betah berada di kampung. Rasa kekeluargaan di sana sangat terasa, contohnya ketika hari lebaran tiba. Kami semua yang berada di desa tersebut saling mengunjungi dan maaf-maafan. Selain itu, karena di kampung saya sinyalnya susah, jadi saya dan keluarga saya lebih banyak berkumpul bersama daripada bermain handphone yang lebih sering digunakan ketika berada di kota.
saat menanjak bersama teman kelas 12 IPA 1 di gunung Halimun
pemandangan dari halaman depan rumah di kampung saya. Pemalang, Jawa Tengah
Berdasarkan cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak permasalahan yang berada di desa yang harus segera ditanggulangi oleh pemerintah. Permasalahan itu seperti moda transportasi, lembaga pendidikan, penyaluran listrik, dan lain sebagainya. Kita sebagai pemuda juga harus lebih peduli tentang kehidupan sekitar kita, jangan hanya mau enaknya saja minta sama pemerintah. Kita juga harus ikut andil dalam membenahi permasalahan-permasalahan yang berada di desa.



Sumber:
http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-dan-perbedaan-masyarakat.html

PERISTIWA KUE LAPIS DI INDONESIA

Tema: Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

Kue lapis. Ada apa dengan kue lapis? Mengapa saya membahas kue lapis???

Teman-teman, kalian tentu pernah melihat kue lapis, yaitu kue yang tersusun dari beberapa lembaran kue lalu ditumpuknya menjadi satu kesatuan. Derajat seseorang dapat dianalogikan dengan kue lapis, semakin banyak lapisannya, maka semakin tinggi pula kue tersebut, dengan kata lain, seseorang yang memiliki lebih banyak kemampuan atau kelebihan, maka semakin tinggi pula derajat orang tersebut. Akan tetapi, kelebihan apa sajakah itu? Di dalam suatu masyarakat, pasti ada sesuatu yang paling dihargai oleh masyarakat. Bagi masyarakat agraris, tanah adalah sesuatu yang paling dihargai, bagi masyarakat industri, uang adalah sesuatu yang paling dihargai. Pada masyarakat kota, pendidikan merupakan hal yang paling dihargai. Sumber-sumber seperti uang, tanah, dan pendidikan akan menyebabkan adanya pelapisan. Jadi, mereka yang memiliki kelebihan berupa uang, tanah, ataupun pendidikan tinggi akan menempati  lapisan atas suatu masyarakat.
Pelapisan sosial di kalangan masyarakat Indonesia sudah terjadi sejak dulu oleh masyarakat yang beragama hindu yang disebut dengan kasta sosial. Dalam agama hindu, istilah Kasta disebut dengan Warna yang berasal dari bahasa Sansekerta vrn yang berarti “memilih (sebuah kelompok)". Dalam ajaran agama Hindu, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Maksudnya adalah meskipun seseorang lahir dalam keluarga Sudra (budak), apabila ia menekuni bidang kerohanian sehingga menjadi pendeta, maka ia berhak menyandang status Brahmana (rohaniwan). Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Kasta sosial terbagi menjadi empat, yaitu:
1.     Brahmana, yaitu golongan pendeta dan rohaniwan dalam suatu masyarakat. Golongan Brahmana adalah golongan yang paling dihormati.
2.     Ksatria, yaitu golongan para bangsawan yang menekuni bidang pemerintahan atau administrasi negara. Selain itu, seseorang yang ahli dalam bidang militer dan mahir menggunakan senjata juga termasuk ke dalam kasta ksatriya. Kewajiban golongan Ksatriya adalah melindungi golongan BrahmanaWaisya, dan Sudra.
3.     Waisya, yaitu golongan para pedagangpetaninelayan, dan profesi lainnya yang termasuk bidang perniagaan seperti makananpakaian, harta benda, dan sebagainya. Kewajiban mereka adalah memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) golongan Brahmana, Ksatriya, dan Sudra.
4.     Sudra, yaitu golongan para pelayan yang membantu golongan BrahmanaKshatriya, dan Waisya agar pekerjaan mereka dapat terpenuhi.

Sistem kasta di Indonesia dapat ditemukan di Bali, namun pengkastaannya tidak terlalu kaku dan tertutup seperti di India. Pengkastaan di Bali disebut dengan wangsa. Adapun stratifikasi sosialnya adalah sebagai berikut.
a.                 Brahmana, merupakan tingkatan kasta tertinggi di Bali. Kasta ini diduduki oleh para pemuka agama dan diberi gelar Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk perempuan.
b.                 Ksatria,merupakan tingkatan kedua setelah brahmana. Kasta ini diduduki oleh para bangsawan dan diberi gelar Cokorda, Dewa, atau Ngahan.
c.                  Waisya, merupakan tingkatan ketiga setelah ksatria. Kasta ini diduduki oleh para pedagang dan diberi gelar Bagus atau Gusti.
d.                 Sudra, merupakan tingkatan paling rendah dalam sistem kasta di Bali. Kasta ini diduduki oleh para pekerja atau buruh dan diberi gelar Pande, Kbon, atau Pasek.
Di Indonesia, tepatnya Jakarta, masih banyak permasalahan tentang pelapisan sosial dan kesamaan derajat. Di Jakarta, masih banyak orang yang lebih menghargai dan lebih senang bergaul  dengan Si Kaya (seseorang yang memiliki harta lebih) daripada mereka yang memiliki harta pas-pasan atau bahkan kurang. Akibatnya, banyak orang yang akan melakukan apapun demi mendapatkan uang yang banyak sehingga akhirnya mereka akan dihargai. Ibu saya pernah bercerita kalau dahulu ada tetangganya yang sampai rela melakukan hal mistis demi menjadi orang kaya, karena ia menganggap bahwa orang kaya akan lebih dihargai di Jakarta dan di kampungnya dan ia juga menganggap bahwa urusan akhirat adalah urusan belakangan.
Saya sedih mendengar kisah diatas, karena menurut saya, kekayaan hatilah yang paling penting. Percuma apabila seseorang memiliki harta yang berlimpah tetapi perilakunya buruk, karena nantinya perilaku buruk tersebut akan membawa kehancuran pada hidup dan juga karirnya. Saran saya kepada kalian yang membaca blog ini, tolong jangan menilai orang dari hartanya, tetapi nilailah orang tersebut dari perilakunya sehari-hari. Dengan begitu, semua orang akan hidup dengan tenang dan damai tanpa harus merasa takut dikucilkan karena harta yang dimilikinya.







Sumber:

KEMISKINAN ADALAH PILIHAN, BUKAN TAKDIR

Tema: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan


Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang saling berhubungan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, berkembang pula teknologinya. Akan tetapi, apa hubungannya dengan kemiskinan? Sebelum membahas hubungan diantara ketiganya, saya akan memberikan sedikit penjelasan tentang ketiga hal tersebut.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam dan sosial atau kehidupan masyarakat, yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Pengertian lainnya adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif.
Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi yang berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagai berikut:
·        o> Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri.
·        o>Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militerr.
·     o>   Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sektor kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·       o>  Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, dan ketrampilan.
·        o> Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
·        o> Tingkat pendidikan rendah.

Banyak sekali permasalahan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan di Indonesia. Berikut adalah permasalahan-permaslahan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan yang masih menjamur di Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, tetapi, apakah seluruh rakyat Indonesia sudah merasakan kekayaan alam tersebut? Apakah rakyat Indonesia sudah sejahtera? Jawabannya tentu belum. Mengapa? Karena pendidikan di Indonesia belum merata. Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu pengetahuan dan kemiskinan juga saling berhubungan, dan disini saya akan berbagi cerita tentang kedua hal tersebut.

Saya memiliki pakde, namanya Subejo. Sekarang Beliau menjabat sebagai Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI Jakarta. Kesuksesannya sekarang ini beliau dapatkan berkat kerja kerasnya dan pengetahuan yang dimilikinya. Dulu, pakde saya ini bisa dibilang sebagai orang yang tidak berkecukupan, namun, demi memperoleh pendidikan dan kehidupan yang lebih baik, beliau rela untuk berjualan es mambo agar bisa membiayai sekolahnya. Berkat kegigihannya tersebut, akhirnya pakde saya bisa menamatkan sekolah sampai jenjang S3 dan menjadi Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI Jakarta. Dari cerita di atas, dapat diambil pelajaran bahwa semakin kita mendekat pada pengetahuan, maka semakin jauh pula kita dengan kemiskinan, tapi, jangan lupa juga untuk bekerja keras dan menyelipkan doa diantaranya.
Cerita lainnya adalah saya memiliki teman, namanya Ria (nama samaran). 5 tahun lalu bisa dibilang ria adalah orang yang kurang berkecukupan, namun sekarang ia bisa berpergian ke luar negeri kapanpun ia mau dengan uangnya sendiri. Ria ini umurnya sepantar dengan saya, namun ia sudah bisa menghasilkan uang jutaan rupiah dalam sebulan dengan keringatnya sendiri, ya, dia adalah seorang wirausaha. Ria memulai usahanya sejak ia masih duduk di bangku sekolah, yaitu usaha kerudung. Awalnya dia berjualan dengan menawarkan kepada orang-orang melalui mulut ke mulut, namun seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, sekarang ia tidak perlu lagi melakukan hal tersebut, cukup dengan duduk dan sebuah hp di tangannya, Ia bisa menghasilkan uang. Ria menjalankan bisnis online, yaitu bisnis yang dilakukan melalui online atau internet dan media yang digunakan untuk memasarkan produknya sekarang adalah instagram.
Berdasarkan cerita di atas, dapat diambil pelajaran bahwa perkembangan teknologi berdampak positif bagi usahanya Ria. Dengan kata lain, teknologi bisa membuat perekonomian seseorang menjadi lebih baik apabila digunakan dengan bijak dan benar.





Sumber:
https://netoya.wordpress.com/2012/01/08/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/

Selasa, 17 November 2015

TUGAS MULIA SI PENERUS BANGSA

Tema: Negara dan Warga Negara




Negara dan warga negara adalah dua hal yang saling berkaitan. Suatu negara dapat disebut negara apabila negara tersebut memiliki rakyat yang dapat diatur oleh  pemerintah negara tersebut. Secara umum, negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat. Negara memiliki dua tugas utama, yaitu mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat yang bertentangan satu sama lain dan menyatukan kegiatan-kegiatan manusia dan golongan untuk mencapai tujuan bersama. Warga negara adalah mereka yang diperkenankan untuk memiliki tempat tinggal pokok di suatu wilayah karena telah memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah, dapat diatur oleh pemerintah negara tersebut, dan mengakui pemerintahannya sendiri.
Selain pemerintah, kemajuan suatu bangsa juga tergantung pada warga negaranya. Oleh karena itu, kerjasama dan hubungan yang baik harus terjalin antara pemerintah dan warga negaranya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28C ayat 1, warga negara memiliki hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya demi meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dewasa ini, sudah banyak warga negara yang menyadari haknya dan sudah banyak juga orang-orang yang peduli dengan hak-hak mereka itu. Contohnya bisa kita lihat sekarang banyak komunitas yang berlomba-lomba melakukan kegiatan sosial, yang salah satunya adalah kegiatan mengajar secara sukarela, dan itulah yang akan saya bahas kali ini.

Saya memiliki seorang kakak perempuan, namanya Viren. Setahun yang lalu dia memutuskan untuk menjadi relawan untuk mengajar anak-anak yatim-piatu dalam yayasan Laskar Langit yang berada di lingkungan rumah saya, selain itu, terkadang dia juga mengajari saudara serta tetangga saya yang memiliki kesulitan dalam pelajaran. Anak-anak yang ia ajarkan berusia sekitar 6-17 tahun, dan ada yang masih bersekolah maupun tidak. Berbekal ilmu yang dimilikinya, Ia mengajarkan anak-anak tersebut bahasa inggris dan pelajaran lainnya sesuai kebutuhan setiap minggu malam. Motivasi ia melakukan hal tersebut adalah agar ilmunya bermanfaat.
Kegiatan belajar-mengajar di yayasan Laskar Langit
Selain Viren, ada juga mba Mup, saudara saya di kampung, seorang sarjana pendidikan yang sekarang mengabdi sebagai guru di salah satu sekolah di desanya. Di kampung saya, seorang sarjana pendidikan diwajibkan untuk mengabdi sebagai guru selama beberapa tahun sebelum menjadi PNS atau pegawai negeri sipil. Sesuai dengan kata “mengabdi”, jadi upah yang diberikan pun tidak banyak, yaitu kurang dari Rp 500.000/ bulan. Keluarga mba Mup termasuk keluarga yang berada di kampung saya, meskipun begitu, mba Mup tetap ingin menjadi guru matematika karena ia ingin mencerdaskan anak-anak penerus bangsa di desanya melalui matematika.
Kedua hal di atas masih merupakan sebagian kecil contoh dari tugas warga negara dalam bidang pendidikan. Di luar sana, masih banyak orang yang rela meninggalkan pekerjaan bahkan keluarganya demi mendidik anak-anak di pelosok daerah. Tugas mulia ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, sekarang, mahasiswa/i pun sudah banyak yang turut andil sebagai relawan dalam bidang pendidikan. Salah satu contohnya adalah program Industri Mengajar yang diselenggarakan setiap tahunnya  oleh mahasiswa/i teknik industri Universitas Gunadarma.
Menurut saya, kegiatan belajar-mengajar secara sukarela merupakan hal yang sangat mulia dan harus terus dilanjutkan agar putra-putri penerus bangsa bisa menikmati pendidikan secara merata hingga nantinya Indonesia memiliki putra-putri penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia yang bisa menjadikan Indonesia menjadi negara adidaya (aamiin).


Sumber:

Kamis, 15 Oktober 2015

PUDARNYA KEBANGGAAN NASIONAL

Tema: Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan


“Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau….”
Kalian pasti kenal dengan sepenggal lirik di atas, tetapi apakah kalian tahu arti dari sepenggal lirik di atas? Sepenggal lirik di atas berarti bahwa Indonesia adalah negara sangat kaya akan budaya dan bahasanya. Mengapa demikian? Seperti yang kita tahu, Indonesia terdiri dari banyak pulau, dimana pulau-pulau tersebut juga memiliki bahasa dan kebudayaan sendiri yang berbeda-beda, sungguh luar biasaaa!
Kita sepatutnya bangga dengan apa yang negara kita miliki, sebab apabila kita cuek, kita dapat kehilangan kebudayaan negara ini, bahkan kecolongan oleh negara tetangga. Sebab itu, kita sebagai warga Indonesia yang baik harus menjaga dan melestarikan kebudayaan negara ini, kebudayaan Indonesia, agar anak-cucu di masa depan bisa menikmati indahnya kebudayaan tersebut.


Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan kebanggan nasional? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebanggaan adalah kebesaran hati; perasaan bangga; kepuasan diri, sedangkan nasional adalah sikap jiwa yang terwujud; tampak pada sikap menghargai warisan budaya, hasil karya, dan hal lain yang menjadi milik bangsa sendiri. Jadi, ,menurut saya, kebanggaan nasional adalah rasa bangga akan warisan budaya, hasil karya, dan hal lainnya yang menjadi milik bangsa sendiri, seperti makanan, lagu-lagu, serta produk-produk hasil buatan tangan anak Indonesia.
Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat dan teknologi pun juga semakin berkembang, hal itu dapat memudahkan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi tentang negara luar, baik itu kebudayaannya, bahasanya, atau produk-produk hasil negaranya. Menurut saya, hal itu sebenarnya baik untuk negara kita apabila kita dapat memilih dan memilah informasi-informasi yang didapat dengan baik dan benar lalu menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Disini, saya mengambil contoh dari kebiasaan orang jepang yang membuang sampah yang telah dipisahkan sesuai jenisnya sesuai dengan jadwalnya. Akan tetapi,  yang terjadi justru sebaliknya. Sebagian masyarakat langsung mengambil semua informasi yang mereka dapatkan tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Disini saya mengambil contoh tentang gaya hidup masyarakat luar negeri yang bebas.
Dewasa ini, perkembangan teknologi menjadi salah satu sebab pudarnya kebanggaan nasional dalam diri masyarakat Indonesia. Terlhat dari maraknya produk-produk impor di Indonesia, seperti baju, tas, bahkan bahan makanan. Hal tersebut disebabkan karena sebagian dari mereka mungkin beranggapan kalau memakai produk luar negeri itu bisa membuat dirinya menjadi lebih keren, padahal produk lokal pun tak kalah kerennya! Sebagaimana sekarang banyak produk-produk dari Indonesia yang laris terjual di pasar internasional. Selain itu, banyak juga masyarakat yang lebih hafal lagu luar negeri dibanding lagu asal daerahnya. Padahal, lagu daerah adalah salah satu warisan budaya Indonesia.
Perkembangan terkonogi juga menyebabkan pudarnya kebanggaan akan bahasa kesatuan. Terlihat dari banyaknya masyarakat yang lebih bersemangat untuk belajar bahasa asing dibanding dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari lebih tingginya nilai pelajaran bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Bisa menguasai bahasa asing memang keren, tetapi bisa menguasai bahasa kesatuan, bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya, menurut saya itu jauh lebih keren!
Pudarnya kebanggaan nasional dalam diri masyarakat Indonesia dapat dicegah dengan hal-hal di bawah ini, yaitu sebagai berikut:
·                   Pemerintah harus mengayomi dan melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus mengubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik
·                   Mahasiswa harus membantu mempromosikan dan mengenalkan budaya, kesenian, dan produk-produk Indonesia kepada masyarakat global
Masyarakat harus menjaga dan mencintai budaya, kesenian, dan produk-produk yang ada pada daerahnya masing-masing dan mengajarkan kepada generasi muda sehingga kebanggaan nasional tersebut tidak pudar dan kebudayaan tersebut tidak punah.


Referensi: 

DUA SISI

Tema: Pemuda dan Sosialisasi

Hai para pembaca!!! Sebelumnya, saya mau nanya dulu nihhh. Kalian pernah tidak melihat mahasiswa/i yang rajin belajar, aktif berorganisasi, dan berpenampilan baik? atau…… mahasiswa/i yang tidak pernah masuk kelas buat belajar, aktif “nongkrong”, dan berpenampilan acak-acakan? Jawabannya pasti pernah! Seperti yang kita tahu, di dunia ini pasti akan selalu ada yang berlawanan, ibarat kata sih, ada air ada juga api, mereka saling melengkapi, begitu juga dengan pemuda/i di Indonesia, mereka memiliki dua sisi yang berlawanan.
Sisi pertama, adalah mereka yang memiliki karakter yang baik. Bersikap jujur dan kritis, bertanggung jawab, berpikir kritis dan logis, serta berjiwa pemimpin. Pemuda/i yang ingin memiliki dan melatih karakter tersebut biasanya akan mengikuti kegiatan kepanitiaan atau berorganisasi. Di sisi lain, ada juga mereka yang lebih memilih untuk mengikuti UKM agar dapat melatih karakter tersebut. Selain kedua hal di atas, karakter tersebut juga dapat dilatih saat kita sedang melakukan kerja kelompok.

Seseorang yang terbiasa mengikuti kegiatan organisasi akan memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, sebab dalam berorganisasi diperlukan kerjasama tim, komunikasi yang baik, serta hubungan yang baik antar anggota tim. Pada kenyataannya, banyak pemuda/i yang aktif dalam kegiatan organisasi karena mereka sudah menyadari pentingnya berorganisasi, selain menambah teman dan pengalaman, berorganisasi juga bisa menjadi nilai tambah dalam dunia pekerjaan nanti. Akan tetapi, tidak sedikit pula pemuda/i yang mengikuti kegiatan organisasi karena ingin terlihat keren di kalangannya, bahkan ada juga yang ikut-ikutan teman. Sangat disayangkan apabila mereka tidak mengambil manfaat dari kegiatan organisasi tersebut. Oleh karena itu, penyeleksi harus selektif dalam memilih calon anggota organisasi tersebut, yang dapat dilakukan melalui tes pengetahuan dan tes wawancara.

Sisi kedua, adalah mereka yang memiliki karakter yang berlawanan. Bersikap acuh tak acuh, suka berbohong, dan tidak berjiwa pemimpin. Pemuda/i seperti ini biasanya hanya aktif “nongkrong” nya saja, sedangkan kegiatan lainnya pasif. Pemuda/i dengan karakter di atas disebabkan oleh beberapa hal, seperti lingkungan sekitarnya, pergaulan yang tidak baik, serta kurangnya kesadaran dalam dirinya sendiri bahwa kegiatan organisasi sangat penting untuk melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Akan tetapi, di antara karakter tersebut pasti ada karakter baik di dalam diri mereka walaupun hanya sedikit, seperti memiliki bakat yang terpendam. Pemuda/i yang seperti ini sebaiknya dibimbing untuk mengikuti kegiatan yang lebih bermanfaat, atau bisa juga berkumpul dengan komunitasnya untuk mengikuti kegiatan yang sama-sama mereka senangi. Perlu diketahui juga, mungkin pemuda/i yang tidak aktif dalam organisasi sebenarnya adalah orang-orang yang ingin mengikuti kegiatan organisasi tetapi memiliki kendala, seperti waktu, perizinan, dan kondisi lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemuda/i harus bisa berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik kepada sesamanya, karena dengan berkomunikasi, kita dapat mengatasi segala permasalahan sehingga nantinya akan memudahkan kita untuk bersosialisasi kepada sesama dengan baik.

Referensi:

MARAKNYA SI PENJAHAT KELAMIN

Tema: Individu, Keluarga, dan Masyarakat


      Mungkin kalian (pembaca) bertanya mengapa judul tulisan ini adalah maraknya si penjahat kelamin. Sebelum membahas lebih lanjut, saya akan menjelaskan tentang si penjahat kelamin. Penjahat kelamin adalah seseorang yang melakukan tindak pelecehan seksual (pelaku pelecehan seksual) kepada lawan jenisnya baik yang lebih muda ataupun yang lebih tua. Sekarang ini, banyak sekali tindak pelecehan seksual yang terjadi di Negeri ini, pelaku dan korbannya pun beragam, mulai dari remaja sampai yang sudah berumur. Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks dan perilaku lainnya yang secara verbal atau fisik merujuk pada seks. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja, seperti di bus, kereta, pasar, sekolah, kantor, maupun di tempat pribadi seperti rumah.

Pelecehan seksual disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk ke dalam faktor internal adalah diri sendiri dan keluarga. Peran keluarga sangat penting dalam perkembangan psikis anak. Lingkungan keluarga yang baik akan membuat kondisi psikis anak menjadi baik, sebaliknya, lingkungan keluarga yang tidak baik akan membuat kondisi psikis anak kurang baik. Umumnya penyebab seseorang melakukan pelecehan seksual adalah karena perhatian orangtua dan keluarga yang relatif longgar kepada anaknya dalam memberikan nilai-nilai kehidupan yang bersifat mencegah kejahatan pelecehan seksual, longgarnya pengawasan orangtua dan keluarga dalam pergaulan si anak, dan juga karena rendahnya internalisasi ajaran agama sehingga iman di dalam diri anak tersebut kurang kuat. Selain faktor internal, terdapat juga faktor eksternal, seperti lingkungan sekitar, teman, teknologi, dan lain-lain. Tindak pelecehan seksual yang disebabkan oleh faktor eksternal adalah lingkungan sekitar (sekolah, tempat tinggal, pergaulan) yang tidak baik atau yang menjerumuskan pada hal-hal yang menjurus pada tindak pelecehan seksual, kegagapan budaya melalui tayangan dan perkembangan informasi yang terlalu mudah diakses tetapi minim proses penyaringan pemahaman, dan juga karena rendahnya dan kurang tegasnya hukuman yang diberikan kepada pelaku pelecehan seksual.
Pelecehan seksual dapat berdampak buruk pada keadaan fisik dan psikis korban pelecehan. Dampak pada keadaan fisik seperti terjadinya cedera seperti luka internal dan pendarahan, infeksi pada organ vital atau tertular penyakit seksual, dan perubahan penting dalam fungsi dan perkembangan otak. Sedangkan, dampak pada keadaan psikis seperti stress, depresi, merasa gelisah, merasa rendah diri, trauma yang berkepanjangan apabila tidak ditindaklanjuti, dan lain-lain. Pelecehan seksual juga akan berdampak pada si pelaku, seperti kehilangan masa depan, mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat sekitar (dikucilkan), serta merasa ketagihan untuk melakukan tindak pelecehan seksual lagi apabila tidak ditindaklanjuti.
Pelecehan seksual dapat dicegah apabila kita bisa menjaga diri kita dengan baik. Contohnya adalah sebagai berikut:
-                     Berpakaian yang rapih serta berperilaku yang sopan
-                     Menghindari berpergian sendirian saat malam hari
-                     Belajar ilmu bela diri
-                 Membawa alat keamanan seperti semprotan cabai.

Senin, 15 Juni 2015

TUGAS PKN FILM



AYAT-AYAT ADINDA
Poster film Ayat-Ayat Adinda
Jumat, 12 Juni 2015 pukul 12.30 WIB saya, Tia Febrita, Almira (teman kami) dan anggota dari kelompok saya yang terdiri dari Agung Satria Arfana, Encep Suhendar, Ines Adi Putra, Rizky Nuzul, Royman Simarangkir, dan Siti Hartinah pergi ke 21 Depok untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru mata kuliah Kewarganegaraan dengan menonton film Indonesia, dan kami memilih film Ayat-Ayat Adinda. Kami pergi ke bioskop dengan menaiki angkot D11 dengan ongkos Rp 3.000. Sesampainya di sana, kami segera membeli tiket dengan harga Rp 30.000/orang. Kami mendapatkan tempat duduk di barisan E teater 3. Suasana di bioskop saat itu lumayan ramai karena esok hari adalah weekend. Setelah menunggu sekitar 15 menit dan berfoto, kami dipersilahkan masuk ke dalam teater 3, kami pun masuk. Berikut merupakan foto-foto yang kami ambil.
Tiket film Ayat-Ayat Adinda

Kelompok 4 yeay!!!

Bersama teman kami, Almira










Film Ayat-Ayat Adinda adalah film berjenis drama religi yang disutradarai oleh Hestu Saputra dan diproduseri oleh Raam Punjabi, Hanung Bramantyo, Putut Widjanarko, dan Salman Aristo. Naskah film tersebut ditulis oleh Jujur Prananto. Film yang dirilis pada tanggal 11 Juni 2015 di seluruh bioskop di Indonesia itu diperankan oleh artis dan aktor cilik berbakat seperti Tissa Biani Azzahra, Badra Andhipani, dan Alya Shakila Saffana dan juga aktor senior seperti Surya Saputra dan Cynthia Lamusu. Film Ayat-Ayat Adinda bercerita tentang seorang gadis cilik bernama Adinda (Tissa Biani) yang memiliki bakat menyanyi dengan suara merdu dan ingin menjadi salah satu anggota tim qasidah di sekolahnya. Namun ayahnya, Faisal (Surya Saputra) menentang hal tersebut. Faisal ingin agar Adinda fokus belajar karena di sekolah, Adinda tidak terlalu pintar. Selama ini keluarga Adinda tidak pernah menetap lama di satu tempat. Mereka sering berpindah-pindah dan dikucilkan dimanapun mereka tinggal. Perlahan Adinda mulai paham, hal itu disebabkan karena keluarga Adinda dianggap sesat walaupun Adinda sendiri tidak mengerti apa itu sesat. Adinda bertekad pada dirinya sendiri untuk menjadikan keluarganya dapat dihormati dan dibanggakan oleh orang lain dengan mengikuti lomba MTQ. Akan tetapi, keinginan tersebut dilarang oleh ayahnya karena ayahnya tidak ingin keluarga mereka bertingkah yang macam-macam agar tidak menjadi sorotan masyarakat, karena apabila mereka salah sedikit dalam bertingkah, mereka dapat terusir dari kampung dan keselamatan keluarga mereka terancam. Larangan ayahnya tersebut tidak membuat Adinda mengurungkan niatnya untuk mengikuti lomba MTQ karena tekad Adinda sudah bulat, ia ingin membuat keluarganya terhormat dan tidak dianggap sesat lagi walaupun ia harus berbohong kepada ayahnya.
Menurut saya, film Ayat-Ayat Adinda memiliki kekurangan yang terlihat pada kata sesat yang dikatakan oleh orang-orang di sekitar keluarga Adinda. Hal tersebut membingungkan karena saya sebagai penonton tidak tahu agama sesat yang dimaksud itu seperti apa dan dinilai dari segi apa. Hal yang membingungkan lainnya adalah adegan dimana Adinda akhirnya disetujui begitu saja oleh ayahnya mengikuti lomba MTQ yang selama ini dijalananinya secara diam-diam. Saat adegan itu, saya rasa film ini kekurangan durasi untuk lebih banyak menyempurnakan alur ceritanya. Kekurangan lainnya dari film ini terlihat pada Adinda yang sering berbohong kepada keluarganya sampai mengucap sumpah Tuhan untuk tidak mengulanginya, tetapi tetap saja Adinda berbohong lagi. Apabila adegan tersebut ditonton oleh anak-anak di bawah umur tanpa pengawasan orangtua, maka bisa menjadi contoh yang buruk bagi anak-anak.
Selain kekurangan, film Ayat-Ayat Adinda juga memiliki banyak kelebihan. Kelebihan utama yang dimiliki film ini adalah suara merdu Adinda yang diperankan oleh Tissa Biani dalam melantunkan ayat-ayat Al-Quran ternyata adalah suara asli milik Tissa dan bukan samaran. Tokoh Adinda adalah kebanggaan bagi umat muslim karena di era modern ini ternyata masih ada seorang anak yang berkemauan untuk mempelajari dalam melantunkan ayat-ayat Al-Quran dengan memanfaatkan suara emas miliknya. Tokoh Adinda bisa menjadi contoh baik untuk para anak-anak di seluruh dunia yang banyak tercemar dan meninggalkan sunah rasul seiring dengan perubahan dunia yang semakin modern. Kelebihan dari film ini adalah film ini mampu menyampaikan pesan-pesan kepada para penontonnya untuk tetap tegar dan semangat walaupun dalam keadaan yang sangat terpuruk. Film ini memberikan pesan kepada penontonnya untuk mampu bersikap sabar dan pantang menyerah serta tidak tinggal diam dalam menghadapi cobaan. Kelebihan lainnya terletak pada bahasa yang digunakan dalam film tersebut. Pada film ini, logat bahasa khas Yogyakarta sangat dimunculkan, sehingga penonton percaya bahwa film ini dilakukan oleh orang Jogja dan berlokasi di Yogyakarta. Selain itu, pengambilan gambar dan penyuntingannyapun termasuk sangat bagus dalam kualitas visualnya karena film ini membutuhkan lima produser saat memproduksinya.
Saran saya untuk film ini adalah agar lebih diperjelas lagi alur cerita dan masalah yang terdapat dalam film tersebut, seperti halnya lebih diperjelas lagi masalah-masalah yang terjadi pada keluarga Adinda sehingga mereka selalu berpindah-pindah tempat tinggal.
 Saat nonton film Ayat-Ayat Adinda di dalam teater 3, saya melihat sekeliling dan ternyata tidak banyak orang yang menonton film ini padahal teater sebelah yang menampilkan film Insidious 3 dan Jurassic World (film buatan luar negeri) sangat ramai penontonnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa film Indonesia kurang diminati oleh masyarakat Indonesia.

Menurut saya, alasan film Indonesia kurang diminati dibandingkan film luar adalah karena terkadang film Indonesia tidak terlalu kuat memperlihatkan masalah yang dihadapi dalam film tersebut sehingga film menjadi antiklimaks dan juga terkadang masalah yang di hadapi dapat ditebak oleh penonton sehingga penonton malas untuk menonton film tersebut.